Monday, December 12, 2011

Hilang


Seminggu yang lalu, aku pergi ke psikiater. Kali ini  jadwalnya adalah regresi. Apa itu? Regresi semacam membuka memori masa lalu buat mencari akar dari masalahmu lewat alam bawah sadar. Tapi karena ini dihipnosis, jadi setelah regresi kamu nggak inget apa-apa.

Yang aku tahu, di akhir regresi itu, kamu diminta buat membayangkan sebuah kotak kayu, lalu masukkan segala pikiran negatif yang jadi sumber masalahmu, apapun itu, ke dalam kotak. Terus kunci kotaknya pakai gembok dan buang sejauh mungkin kuncinya. Kalau sudah, bayangkan di sebelahmu ada semacam korek dan bensin, lalu bakar sampai habis kotaknya. Sebenernya juga nggak mesti gitu sih, yang penting kita harus ngilangin kunci dari kotak itu dan menghilangkan kotak beserta isinya.

Waktu ngebayangin itu juga nggak mesti saat regresi kok. Di keadaan biasa juga bisa. And yeah, it works. Seenggaknya setelah aku ngebayangin itu. hati rasanya jadi enteng dan nggak galau lagi. Lebih ampuh kalau dibarengi sama wudhu lalu sholat. Kerasa banget efeknya, hati jadi tenang.

Saturday, December 10, 2011

Bye

Mumpung malem minggu ya, bolehlah curhat dikit soal lope-lope hehehe. Jadi ceritanya, dua sahabatku barusan jadian semua. Dan..... tinggal aku sekarang yang single. Kenapa masih sendiri? Karena masih belum mau membuka hati. Kenapa belum mau membuka hati? Karena masih berharap pada bayangan yang semu #eaa

Sampai pada akhirnya harus ada suatu keputusan. Bukan untuk melupakan, tapi hanya maju selangkah dan meninggalkan bayangan itu di belakang. Karena ini sudah lama. Terlalu lama bahkan. Toh kalau jodoh juga nggak kemana kan.

Sebenarnya kasihan juga kan sama si bayangan itu. Padahal nggak suka masih aja aku ikutin terus. Risih kan rasanya. Aku bisa tahu karena ngerasain hal yang sama, cuma lebih parah. Jadi aku dikejar terus oleh seseorang, padahal bayanganku saja nggak mau disentuh. Ngerti kan gimana rasanya kamu kayak dikuntit terus sama seseorang yang nggak kamu inginkan. Creepy.

Melihat pengalamanku kayak gitu, sedikit banyak bisa ngira-ngira gimana perasaannya aku kejar terus, padahal nggak mau. So, for everyone's good sake, aku nggak akan mengejar lagi kok. Hiduplah dengan tenang, biar aku juga ikutan bahagia. Nggak usah menghindar, toh aku nggak akan mengejar. Dan buat yang mengejar bayanganku, berhentilah, for your own good.

Doaku kepada Tuhan sederhana saja; kirimkan orang yang tepat di waktu yang tepat.

Major Dilemma

Menikmati malam minggu yang sendu ini dengan menonton America's Next Top Model All Stars, buku-buku faal yang berserakan, dan laptop yang terbuka, sangat menggoda untuk dimainkan. Padahal besok Senin masih ada tanggungan ujian perbaikan faal. Tapi rasanya membuka buku itu beraaaaaaaat sekali :|

Sekalian cerita sedikit ya. Minggu lalu bisa dibilang minggu yang cukup berat. Diawali dengan ujian faal di hari Senin, lalu diikuti dengan ujian PBL dan biokimia. Sejujurnya, mata kuliah yang paling banyak aku pelajari itu faal. Dan ternyata.... hasilnya menunjukkan wajib ikut ujian perbaikan. Awalnya aku biasa aja sih, karena memang soalnya susah. Tapi setelah cerita ke mama, baru terasa betapa kecewanya hati ini #eaa

Nah, di sinilah dilema itu muncul. Pada intinya, mama bilang, aku harus dapet IP minimal 3. Kalau nilaiku kayak gini terus, gimana mau nerusin jadi spesialis. Jadi aku harus lakukan apapun buat dapetin nilai bagus. Termasuk, ehem, cheating. Seperti yang dilakukan beberapa anak. Masalahnya, aku nggak biasa gitu. Aku selalu, selalu merasa bersalah kalau melakukan hal itu. Pada akhirnya, dalam pembicaraanku dengan mama di malam itu, aku menangis 2 jam nonstop.

Gara-gara itu, keesokan harinya saat lagi kuliah, mama BBM, apakah aku baik-baik saja. Karena mama khawatir pembicaraan kemarin bikin aku males belajar, males kuliah. Jawabanku singkat sih, aku nggak sedepresi itu kok ma, haha. Still, it was one of the sweetest mother-to-daughter moment of my life.

Untuk ujian selanjutnya, PBL dan biokimia, aku mengikuti saran mama. Hasilnya memang aku lulus, tapi ada penyesalan yang amat sangat mendalam karena itu bukan hasil jerih payahku sendiri. Bahkan, aku merasa lebih puas saat nilai ujian faalku direvisi jadi C.

So, the point is, it's better to do your test on your own. Sebenernya ini bukan masalah nilai, tapi ilmunya. Kita nggak menyembuhkan pasien dari nilai kita yang mentereng, tapi dari ilmu yang kita pelajari selama ini. Nilai itu ibaratnya gini, kalau kita nggak lulus, berarti kita gagal buat nyelametin pasien, karena apa yang kita pelajari ini hubungannya dengan orang lain, hubungannya dengan nyawa dan nggak bisa sembarangan. Misal kita tiap ujian aja nyontek, kita dapet ilmu dari mana? Apa kalau udah jadi dokter kita bakalan telpon temen kita terus gimana ngobatin pasiennya? Keburu mati deh si pasiennya.

Mungkin terkesan naif. Mungkin juga terkesan munafik. Tapi coba dipikir, ditelaah lagi, jangan mau kemalasan menguasai pikiranmu. Belajarlah, taruhannya nggak main-main di masa depan. Taruhannya nyawa. Memang sulit, tapi lebih baik kita merangkak sekarang kan daripada sekarang sudah di atas lalu dihempaskan lagi? Sakit lho rasanya.

So, that was me being wise. Insya Allah saat UP besok aku akan menegakkan kejujuran. Insya Allah hasilnya baik kalau memang usahanya baik. Wish me luck!

PS: I'm gonna post another story later. Jangan bosan ya :D