Saturday, October 1, 2011

What went wrong?

Awalnya sekitar awal tahun 2010, saya pergi ke seorang psikiater. Tahu lah, waktu itu lagi stres-stresnya UNAS dan nyari kuliah juga, jadi ibu saya ngajak saya ke situ. Setelah dikasih tes, barulah ketahuan masalah saya di mana. Bisa diduga sih, waktu itu saya stres banget. Jadi sejak saat itu, tiap minggu saya ke psikiater buat ikut terapi. Dan saya juga dikasih obat tidur juga biar bisa nyenyak tidurnya, walaupun obat itu saya minum nggak lebih dari seminggu.

Sejak pertengahan tahun lalu, saya tidak pernah lagi datang untuk terapi. Saya merasa, saya sudah diterima di kampus impian saya, setidaknya beri sedikit waktu yang tersisa untuk berlibur sebelum kembali ke kehidupan nyata.

Sampai akhirnya seminggu yang lalu, saya kembali datang ke psikiater. Awalnya sih karena adik saya meminta, saya cuma ngikut saja. Karena sudah lebih dari setengah tahun, mau tidak mau saya harus ikut tes lagi. Dan kemarin saya baru mengetahui hasil tesnya...

Diagnosis dokter saya terkena depresi berat. Dan schizophrenia.

Schizophrenia (/ˌskɪtsɵˈfrɛniə/ or /ˌskɪtsɵˈfrniə/) is a mental disorder characterized by a disintegration of thought processes and of emotional responsiveness. It most commonly manifests itself as auditory hallucinations, paranoid or bizarre delusions, or disorganized speech and thinking, and it is accompanied by significant social or occupational dysfunction. (Wikipedia)
Kalau yang tentang depresi itu, saya cukup maklum lah. Tapi kalau ternyata sampai terkena schizophrenia... Seumur-umur saya nggak pernah nyangka. Sebenarnya banyak yang diceritakan oleh psikiater saya. Cuma pada intinya, di dalam otak saya ini ada bundelan benang yang susah buat dilurusin.

Dampaknya, mulai sekarang, seminggu sekali, saya harus ikut terapi. Dan tiap malam saya harus minum beberapa obat-obatan. Semacam anti-depresan seperti itu. Tapi memang efeknya cukup bagus sih. Malam ini  hari pertama saya minum obat itu dan alhamdulillah saya baik-baik saja. Cuma ketakutan saya adalah.... saya jadi ketergantungan terhadap obat-obatan. Bisa bayangkan kan, ketika kamu minum obat, segalanya jadi lebih baik. Tapi pas obatnya habis, mungkin kamu malah ngerasa nggak enak kalau nggak minum.

Saya cerita seperti ini bukan buat cari perhatian atau minta dikasihani. Bukan kok. Saya cuma ingin kalian nggak sakit seperti saya ini. Kalau ada masalah, jangan dipendam sendiri dan jangan terlalu dipikirin. Itu adalah salah satu kesalahan terbesar saya sebenarnya.

Jadi, untuk siapapun yang membaca, doakan saya ya supaya cepat sembuh. Memang susah dan perlu waktu untuk bisa kembali seperti semula, tapi saya akan berusaha menjadi lebih baik. Saya hanya ingin hidup normal seperti kalian.

1 comments:

Anonymous said...

km ga sendirian ing, mungkin aku juga menderita penyakit itu.

tetep semangat ya ing :)

Post a Comment