Tuesday, September 27, 2011

Lesson Learned

Mungkin bisa dibilang saya adalah orang yang idealis. Terlalu idealis bahkan. Ada beberapa hal prinsipil yang menurut saya itu benar dan sangat sulit untuk diubah. Mungkin prinsip-prinsip itu cukup membatasi saya dalam beberapa hal, tapi ini hidup saya dan saya akan menjalaninya dengan cara saya.

Setidaknya sampai tadi sore, ketika saya terlibat dalam pembicaraan yang amat panjang dengan ibu saya. Semacam nasehat ibu kepada anaknya. Seperti biasa, saya menceritakan segala hal yang terjadi pada hari ini. Termasuk ketika saya nyaris bertemu seseorang di kantin kampus, yang ternyata dia sekitar 2 menit pergi dari tempat itu sebelum saya datang. Saya tidak tahu alasannya sampai sekarang mengapa Tuhan tidak mengizinkan kami bertemu tadi.

Bukan, bukan itu inti pembicaraan ini. Saya sendiri tiba-tiba tidak bisa menuliskannya karena saking galaunya.
 
Ibu saya berkata, mulailah buka hatimu untuk orang-orang. Seberapa keselnya atau bencinya terhadap orang itu, tetaplah pasang wajah yang baik. Susah memang, tapi itu proses pendewasaan. Lihat, saya bahkan belum bisa melakukan dua hal tersebut. Padahal saya hanya ingin orang yang mengganggu itu berhenti mengganggu saya. Saya cuma ingin agar tidak diganggu, itu saja. Apakah susah? Apakah saya harus selalu mengorbankan kebahagiaan saya agar orang lain bisa mengganggu kehidupan saya?

Prinsip saya untuk menuju proses pendewasaan sepertinya memang harus berubah.

Serius, saya benar-benar merasa tidak aman sekarang. Seakan-akan ada seseorang yang selalu menguntitmu. Dan saya tidak pernah merasa se-insecure ini dibandingkan sekarang. Tuhan, padahal saya hanya ingin hidup tenang. Saya tidak tahu lagi harus berkeluh kesah ke siapa lagi selain kepada Tuhan dan blog ini.

Maafkan saya dan paranoid yang berlebihan ini. Tapi saya sangat takut.

P.S.: Untuk kamu, saya selalu berharap kamu bisa menyelamatkan saya. Walaupun mungkin agak mustahil.

0 comments:

Post a Comment